Sabtu, 11 Mei 2013

REVOLUSI INDONESIA DALAM MEMPEROLEH KEMERDEKAAN ( I )



REVOLUSI INDONESIA DALAM MEMPEROLEH KEMERDEKAAN ( I )
"Tulisan pertama saat kuliah, idealisme tertuangkan 'tuk pertama kali"

Latar belakang
Revolusi adalah sebuah perubahan dalam kurun waktu yang singkat dan terjadi dengan proses yang cepat. Revolusi merupakan gambaran dari keinginan terbesar individu maupun kelompok, dalam konteks ini adalah bangsa, untuk mencapai sesuatu yang menjadi tujuan gerakan revolusi itu sendiri. Oleh karena itu, sebuah pergerakan revolusi selalu diwarnai dengan pertentangan, perpecahan, yang kemudian mengarah kepada kekerasan. Hal tersebut dikarenakan tidak semua pihak siap menerima perubahan yang sedemikian cepat, dan tentu akan mempengaruhi berbagai bidang dalam kehidupan.
“ Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan “ ( Pembukaan UUD 1945 ) Oleh sebab itu, keinginan untuk merdekanya sebuah bangsa tidak dapat ditunda-tunda, terlebih lagi oleh negara yang ingin memperoleh kemerdekaannya itu.  Tetapi dalam kenyataanya, dalam memperoleh kemerdekaan tidak hanya hasil dari keputusan satu pihak. Untuk memperoleh kemerdekaan secara sah, suatu negara yang ingin merdeka haruslah mendapat pengakuan de yure dari negara-negara lain di dunia, karena pengakuan secara de facto belumlah cukup. Tidak jarang dalam usaha merebut kemerdekaan, sebuah negara harus berjuang secara fisik untuk mendapat pengakuan dari negara-negara lain. Namun, tidak sedikit pula yang menggunakan jalur diplomatis, selain juga berjuang secara fisik.

Revolusi dan kemerdekaan sangat erat kaitannya, karena suatu proses kemerdekaan kebanyakan diperoleh melalui perubahan yang cepat dan mendasar. Pemanfaatan situasi dan kondisi juga membawa pengaruh dalam sebuah proses revolusi.  Revolusi prancis dan revolusi perbudakan di Amerika Serikat merupakan contoh sebuah pemanfaatan situasi dan kondisi dalam memperoleh kemerdekaan yang membawa perubahan mendasar dan cepat..
Indonesia termasuk sekelompok kecil bangsa “ dunia ketiga “ yang memperoleh kemerdekaannya  bukan sebagai pemberian dari penjajah kepada bangsa terjajah, ataupun sebagai hasil suatu proses damai belaka. Sebaliknya, kemerdekaan Indonesia diraih melalui sebuah perjuangan panjang dan berat yang mencapai puncak saat Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia padsa tanggal 17 Agustus 1945. Bahkan, sesudah proklamasi itu pun, bangsa Indonesia masih harus mengadakan perjuangan fisik selama ± 5 tahun lagi dalam mempertahankan kemerdekaan yang diproklamasikan itu.
Kemerdekaan Indonesia adalah sebuah revolusi, karena kemerdekaan Indonesia terjadi secara cepat dan mendasar. Dalam usaha pencapaian kemerdekaannya, berbagai cara digunakan bangsa Indonesia. Mulai dari perlawanan fisik, hingga perjuangan diplomatis untuk mendapat bantuan dan pengakuan dari negara lain. Korban sudah menjadi hal yang biasa dalam usaha itu, tapi menjadi tidak biasa jika bangsa Indonesia gagal memperoleh kemerdekaannya. Kondisi negara dan tepatnya waktu juga tidak dapat dilupakan dalam pencapaiaan revolusi ini. Walaupun ada nuansa keberuntungan, tapi kemampuan para tokoh untuk memanfaatkan waktu tersebut harus diperhitungkan. 
Revolusi kemerdekaan Indonesia merupakan peristiwa terbesar dalam sejarah bangsa Indonesia, karena menyangkut masa depan Indonesia saat ini. Bayangkan, jika tidak ada revolusi kemerdekaan, apa yang terjadi dengan bangsa Indonesia saat ini, mungkin saja saat ini Indonesia masih dalam kekuasaan penjajah. Dengan adanya revolusi kemerdekaan, maka mulai terbukalah kesempatan bangsa Indonesia untuk mengatur  negara sendiri tanpa campur tangan pihak lain.
Revolusi kemerdekaan dapat dijadikan contoh  dari sebuah kisah nyata yang menggambarkan tekad dan semangat untuk meraih impian walau sesulit apapun. Rakyat Indonesia dalam kondisi yang tertekan dari segala pihak, baik jepang maupun sekutu, masih memiliki tekad kuat untuk merebut kemerdekaan. Munculnya tokoh-tokoh pergerakan Nasional semakin mempertebal jiwa patriotisme rakyat Indonesia.   Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Syahrir, A. Soebardjo, Bung Tomo, adalah segelintir tokoh pergerakan Nasional yang mampu membakar semangat rakyat Indonesia pada saat itu. Bahkan, hingga saat ini pengaruh para tokoh tersebut masih sangat terasa dalam kehidupan, dapat ditunjukkan dengan munculnya partai-partai, maupun lembaga-lembaga yang menjunjung tinggi para tokoh tersebut.
 
Dibalik Munculnya Gerakan Revolusi Kemerdekaan Indonesia
Bangsa Belanda telah mengeksploatasi Indonesia secara ekonomis selama berabad-abad. Hasil alam Indonesia diambil dan hasil penjualannya menjadi milik pemerintah piusat Belanda. Kolonialisme dan imperialisme sudah menjadi hal wajar bagi bangsa Belanda sendiri. Mereka lupa atau mungkin tidak berniat untuk mengetahui apa yang rakyat Indonesia rasakan. Para penguasa Belanda yang tinggal di Indonesia berabad-abad lamanya, telah memperdaya diri sendiri dengan kepercayaan bahwa pemerintah kolonial-paternalisme mereka berbeda dengan yang diterapkan Spanyol, Portugis dan  bahkan Inggris. Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa bangsa Indonesia pada umumnya sangat menghargai pemerintahan dari negeri Belanda dan membalas dengan sikap baik, seperti yang diperlihatkan oleh para pegawai pemerintah kolonial berkebangsaan Indonesia.
Memang benar, sebelum bangsa Belanda masuk, bertahun-tahun lamanya keadaan dalam negeri Indonesia  diisi dengan pertentangan penduduk, perselisihan antar desa maupun daerah. Tidak jarang terjadi pertumpahan darah, sehingga akan merugikan kedua belah pihak. Kedatangan pemerintahan asing yang kuat, terpusat, dan tidak memihak, benar-benar disambut oleh rakyat Indonesia. Dengan adanya pemerintahan tersebut, hukum dan tata tertib dapat dipulihkan, sehingga bercocok tanam dan beternak bisa berlangsung dalam kondisi damai. Tetapi dibalik itu semua, Belanda menutup mata terhadap semakin melaratnya rakyat. Perekonomian rakyat menjadi tidak diperhatikan, karena pemerintah kolonial mengijinkan ekspor bahan mentah yang didapat dari Indonesia, demi keuntungan dan peningkatan kekayaan negeri induk.
Pembangunan memang terjadi pada masa pemerintahan kolonial, dapat terlihat dengan meningkatnya jumlah sekolah, rumah sakit, jalan yang bersih, dan persediaan air minum turut memenuhi tuntutan kesehatan dan kecerdasan bangsa Indonesia. Namun, kebanyakan dari fasilitas itu hanya dapat dinikmati oleh kalangan tertentu saja, bangsa Eropa jelas menjadi prioritas terdepan dalam menggunakan berbagai fasilitas tersebut, kemudian baru giliran para bangsawan dan pejabat pemerintahan berkebangsaan Indonesia.
Pemberlakuan hukum pada pemerintahan kolonial juga terjadi ketimpangan. Hukum sudah berjalan dengan peraturan dan sanksi yang jelas, hanya saja dalam penerapannya bangsa Belanda masih memberlakukan pembedaan formal antara golongan Eropa, Inlander (pribumi), dan golongan timur jauh (Arab, Cina, India). Pembedaan ini tidak semata-mata rasialistis, karena diperbolehkan menurut hukum bagi orang-orang yang berminat untuk mengubah rasnya. Orang-orang Indonesia yang telah mengganti rasnya menjadi golongan Eropa, dan benar-benar dapat menyesuaikan diri dengan kebudayaan Eropa, diperlakukan sebagai orang Eropa. Namun, pembedaan-pembedaan itu tetap berlangsung demi menjaga kelestarian orang Eropa. Misalnya seperti yang terdapat pada kolam renang di Cikini, diberi tanda verboden voor inlanders en hoden yang berarti pribumi dan anjing dilarang masuk.
Pembedaan rasial tercermin pula dalam kehidupan kota, dimana terjadi pembagian tempat yang tetap saja menomor buntutkan bangsa pribumi. Bangsa Belanda mendiami tempat dengan kantor-kantor pemerintahan, kantor-kantor bisnis besar, taman-taman, vila dan kebun-kebunnya. Orang-orang Indonesia yang seharusnya berada pada posisi mayoritas tinggal di kampung-kampung, daerah padat yang rumah-rumahnya tidak permanen, kumuh dan tersembunyi dari jalan-jalan besar.
Jelas sekali pengeksploatasian perekonomian dilakukan pihak Belanda secara sadar demi keuntungan sepihak, ditambah tindakan diskriminasi yang dialami rakyat pribumi, menjadikan rakyat Indonesia tersadar. Nasionalisme dengan tujuan ingin mempunyai pemerintahan sendiri secara bertahap dan nyata mulai mengobarkan rakyat.
Perlawanan bersenjata bangsa Indonesia dimulai, kemenangan dan kekalahan mewarnai usaha perjuangan Indonesia. Tetes darah menjadi taruhan dalam peperangan. Namun, kemenangan tidak juga berhasil diraih secara penuh. Perlawanan bersenjata Indonesia menjadi terbengkalai setelah jatuhnya kerajaan mataram dan kerajaan lainnya sekitar tahun1830-an. Tetapi nasionalisme sebagai faktor perlawanan terhadap pemerintah asing tetap hidup dan membara. Hal itu terlihat ketika Budi Utomo dengan prinsip nasionalismenya berdiri pada tahun1908. sarekat islam kemudian menyusul pada tahun 1911, munculnya sarekat islam karena kaum intelektual Indonesia membutuhkan badan yang lebih luas, juga untuk melindungi iman islam penduduk dan memajukan kecerdasan bangsa Indonesia. Tahun 1930-an merupakan dasawarsa meningkatnya aktivitas anti-kolonial Belanda, kebanyakan pelajar melakukan perlawanan politis terhadap pemerintah Belanda. Berdirinya PNI pimpinan Soekarno menjadi ancaman bagi Belanda, konsekuensinya adalah dengan ditangkapnya Soekarno. Perlawanan pasca ditangkapnya Soekarno mulai meredup, itu menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia masih menggantungkan harapan pada seorang pimpinan karismatik, akibatnya ketika pimpinan mereka ditangkap terhentilah perjuangan yang sudah mereka mulai.
Ketika pendudukan Jepang mulai berlangsung pada periode 1942-1945 keadaan menjadi berubah drastis. Bangsa Indonesia percaya bahwa Jepang akan membawa Indonesia ke arah kemerdekaan. Dugaan itu meleset, kondisi ekonomi Indonesia kian memburuk terutama selama akhir masa pemerintahan Jepang. Pemerintah Jepang membebani rakyat dengan kewajiban menyediakan hasil bumi dan tenaga kerja. Memang Jepang memberi bayaran, tetapi nilai mata uang yang mereka terima sangat rendah dan cepat sekali merosot.
Sejak kedatangannya Jepang mendirikan berbagai organisasi massa yang bersifat politis misalnya gerakan tiga A, Putera, PETA dan Sushintai (barisan Pelopor). Makna penting dari eksistensi organisasi itu terletak pada kokohnya akar organisasi tersebut dan memberi pengalaman kehidupan berorganisasi kepada para anggotanya. Meskipun secara formal mereka berada di bawah naungan pemerintah. Namun, eksistensi mereka pada hakikatnya bebas dari hierarki pemerintah. Struktur sosial dan politik di Indonesia dalam kaitan ini telah diperkokoh.
14 Aguatus 1945 mendadak Jepang menyerah, terjadi kekosongan pada pemerintahan di Indonesia. Inisiatif dilemparkan kepada Indonesia. Banyak unsur yang melatar belakangi sebuah revolusi : sejarah ketidakpuasan sejak masa kekuasaan kolonial, sejarah pemberontakan, sejarah kebencian terhadap penjajah, sejarah kemunculan kelompok massa, dan sejarah nasionalisme menuju kemerdekaan. Akankah semua bercampur menjadi satu sehingga timbul ledakan revolusi ?

"Masih nyambung yeee..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar