REVOLUSI
INDONESIA DALAM MEMPEROLEH KEMERDEKAAN ( I )
"Tulisan
pertama saat kuliah, idealisme tertuangkan 'tuk pertama kali"
Latar
belakang
Revolusi
adalah sebuah perubahan dalam kurun waktu yang singkat dan terjadi dengan
proses yang cepat. Revolusi merupakan gambaran dari keinginan terbesar individu
maupun kelompok, dalam konteks ini adalah bangsa, untuk mencapai sesuatu yang
menjadi tujuan gerakan revolusi itu sendiri. Oleh karena itu, sebuah pergerakan
revolusi selalu diwarnai dengan pertentangan, perpecahan, yang kemudian
mengarah kepada kekerasan. Hal tersebut dikarenakan tidak semua pihak siap
menerima perubahan yang sedemikian cepat, dan tentu akan mempengaruhi berbagai
bidang dalam kehidupan.
“ Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu adalah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan “ (
Pembukaan UUD 1945 ) Oleh sebab itu, keinginan untuk merdekanya sebuah bangsa
tidak dapat ditunda-tunda, terlebih lagi oleh negara yang ingin memperoleh
kemerdekaannya itu. Tetapi dalam kenyataanya, dalam memperoleh
kemerdekaan tidak hanya hasil dari keputusan satu pihak. Untuk memperoleh
kemerdekaan secara sah, suatu negara yang ingin merdeka haruslah mendapat
pengakuan de yure dari negara-negara lain di dunia, karena pengakuan
secara de facto belumlah cukup. Tidak jarang dalam usaha merebut
kemerdekaan, sebuah negara harus berjuang secara fisik untuk mendapat pengakuan
dari negara-negara lain. Namun, tidak sedikit pula yang menggunakan jalur
diplomatis, selain juga berjuang secara fisik.
Revolusi dan kemerdekaan sangat erat kaitannya, karena suatu
proses kemerdekaan kebanyakan diperoleh melalui perubahan yang cepat dan
mendasar. Pemanfaatan situasi dan kondisi juga membawa pengaruh dalam sebuah
proses revolusi. Revolusi prancis dan revolusi perbudakan di Amerika
Serikat merupakan contoh sebuah pemanfaatan situasi dan kondisi dalam
memperoleh kemerdekaan yang membawa perubahan mendasar dan cepat..
Indonesia termasuk sekelompok kecil bangsa “ dunia ketiga “
yang memperoleh kemerdekaannya bukan sebagai pemberian dari penjajah
kepada bangsa terjajah, ataupun sebagai hasil suatu proses damai belaka.
Sebaliknya, kemerdekaan Indonesia diraih melalui sebuah perjuangan panjang dan
berat yang mencapai puncak saat Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia padsa
tanggal 17 Agustus 1945. Bahkan, sesudah proklamasi itu pun, bangsa Indonesia
masih harus mengadakan perjuangan fisik selama ± 5 tahun lagi dalam mempertahankan kemerdekaan yang
diproklamasikan itu.
Kemerdekaan Indonesia adalah sebuah revolusi, karena
kemerdekaan Indonesia terjadi secara cepat dan mendasar. Dalam usaha pencapaian
kemerdekaannya, berbagai cara digunakan bangsa Indonesia. Mulai dari perlawanan
fisik, hingga perjuangan diplomatis untuk mendapat bantuan dan pengakuan dari
negara lain. Korban sudah menjadi hal yang biasa dalam usaha itu, tapi menjadi
tidak biasa jika bangsa Indonesia gagal memperoleh kemerdekaannya. Kondisi
negara dan tepatnya waktu juga tidak dapat dilupakan dalam pencapaiaan revolusi
ini. Walaupun ada nuansa keberuntungan, tapi kemampuan para tokoh untuk
memanfaatkan waktu tersebut harus diperhitungkan.
Revolusi kemerdekaan Indonesia merupakan peristiwa terbesar
dalam sejarah bangsa Indonesia, karena menyangkut masa depan Indonesia saat
ini. Bayangkan, jika tidak ada revolusi kemerdekaan, apa yang terjadi dengan
bangsa Indonesia saat ini, mungkin saja saat ini Indonesia masih dalam
kekuasaan penjajah. Dengan adanya revolusi kemerdekaan, maka mulai terbukalah
kesempatan bangsa Indonesia untuk mengatur negara sendiri tanpa campur
tangan pihak lain.
Revolusi kemerdekaan dapat dijadikan contoh dari
sebuah kisah nyata yang menggambarkan tekad dan semangat untuk meraih impian
walau sesulit apapun. Rakyat Indonesia dalam kondisi yang tertekan dari segala
pihak, baik jepang maupun sekutu, masih memiliki tekad kuat untuk merebut
kemerdekaan. Munculnya tokoh-tokoh pergerakan Nasional semakin mempertebal jiwa
patriotisme rakyat Indonesia. Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta,
Syahrir, A. Soebardjo, Bung Tomo, adalah segelintir tokoh pergerakan Nasional
yang mampu membakar semangat rakyat Indonesia pada saat itu. Bahkan, hingga
saat ini pengaruh para tokoh tersebut masih sangat terasa dalam kehidupan,
dapat ditunjukkan dengan munculnya partai-partai, maupun lembaga-lembaga yang
menjunjung tinggi para tokoh tersebut.
Dibalik Munculnya Gerakan Revolusi Kemerdekaan Indonesia
Bangsa Belanda telah mengeksploatasi Indonesia secara
ekonomis selama berabad-abad. Hasil alam Indonesia diambil dan hasil
penjualannya menjadi milik pemerintah piusat Belanda. Kolonialisme dan
imperialisme sudah menjadi hal wajar bagi bangsa Belanda sendiri. Mereka lupa
atau mungkin tidak berniat untuk mengetahui apa yang rakyat Indonesia rasakan.
Para penguasa Belanda yang tinggal di Indonesia berabad-abad lamanya, telah
memperdaya diri sendiri dengan kepercayaan bahwa pemerintah
kolonial-paternalisme mereka berbeda dengan yang diterapkan Spanyol, Portugis
dan bahkan Inggris. Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa bangsa
Indonesia pada umumnya sangat menghargai pemerintahan dari negeri Belanda dan
membalas dengan sikap baik, seperti yang diperlihatkan oleh para pegawai
pemerintah kolonial berkebangsaan Indonesia.
Memang benar, sebelum bangsa Belanda masuk, bertahun-tahun
lamanya keadaan dalam negeri Indonesia diisi dengan pertentangan
penduduk, perselisihan antar desa maupun daerah. Tidak jarang terjadi
pertumpahan darah, sehingga akan merugikan kedua belah pihak. Kedatangan
pemerintahan asing yang kuat, terpusat, dan tidak memihak, benar-benar disambut
oleh rakyat Indonesia. Dengan adanya pemerintahan tersebut, hukum dan tata
tertib dapat dipulihkan, sehingga bercocok tanam dan beternak bisa berlangsung
dalam kondisi damai. Tetapi dibalik itu semua, Belanda menutup mata terhadap
semakin melaratnya rakyat. Perekonomian rakyat menjadi tidak diperhatikan,
karena pemerintah kolonial mengijinkan ekspor bahan mentah yang didapat dari
Indonesia, demi keuntungan dan peningkatan kekayaan negeri induk.
Pembangunan memang terjadi pada masa pemerintahan kolonial,
dapat terlihat dengan meningkatnya jumlah sekolah, rumah sakit, jalan yang
bersih, dan persediaan air minum turut memenuhi tuntutan kesehatan dan
kecerdasan bangsa Indonesia. Namun, kebanyakan dari fasilitas itu hanya dapat
dinikmati oleh kalangan tertentu saja, bangsa Eropa jelas menjadi prioritas
terdepan dalam menggunakan berbagai fasilitas tersebut, kemudian baru giliran
para bangsawan dan pejabat pemerintahan berkebangsaan Indonesia.
Pemberlakuan hukum pada pemerintahan kolonial juga terjadi
ketimpangan. Hukum sudah berjalan dengan peraturan dan sanksi yang jelas, hanya
saja dalam penerapannya bangsa Belanda masih memberlakukan pembedaan formal
antara golongan Eropa, Inlander (pribumi), dan golongan timur jauh
(Arab, Cina, India). Pembedaan ini tidak semata-mata rasialistis, karena
diperbolehkan menurut hukum bagi orang-orang yang berminat untuk mengubah
rasnya. Orang-orang Indonesia yang telah mengganti rasnya menjadi golongan
Eropa, dan benar-benar dapat menyesuaikan diri dengan kebudayaan Eropa,
diperlakukan sebagai orang Eropa. Namun, pembedaan-pembedaan itu tetap
berlangsung demi menjaga kelestarian orang Eropa. Misalnya seperti yang
terdapat pada kolam renang di Cikini, diberi tanda verboden voor inlanders
en hoden yang berarti pribumi dan anjing dilarang masuk.
Pembedaan rasial tercermin pula dalam kehidupan kota, dimana
terjadi pembagian tempat yang tetap saja menomor buntutkan bangsa pribumi.
Bangsa Belanda mendiami tempat dengan kantor-kantor pemerintahan, kantor-kantor
bisnis besar, taman-taman, vila dan kebun-kebunnya. Orang-orang Indonesia yang
seharusnya berada pada posisi mayoritas tinggal di kampung-kampung, daerah
padat yang rumah-rumahnya tidak permanen, kumuh dan tersembunyi dari
jalan-jalan besar.
Jelas sekali pengeksploatasian perekonomian dilakukan pihak
Belanda secara sadar demi keuntungan sepihak, ditambah tindakan diskriminasi
yang dialami rakyat pribumi, menjadikan rakyat Indonesia tersadar. Nasionalisme
dengan tujuan ingin mempunyai pemerintahan sendiri secara bertahap dan nyata
mulai mengobarkan rakyat.
Perlawanan bersenjata bangsa Indonesia dimulai, kemenangan
dan kekalahan mewarnai usaha perjuangan Indonesia. Tetes darah menjadi taruhan
dalam peperangan. Namun, kemenangan tidak juga berhasil diraih secara penuh.
Perlawanan bersenjata Indonesia menjadi terbengkalai setelah jatuhnya kerajaan
mataram dan kerajaan lainnya sekitar tahun1830-an. Tetapi nasionalisme sebagai
faktor perlawanan terhadap pemerintah asing tetap hidup dan membara. Hal itu
terlihat ketika Budi Utomo dengan prinsip nasionalismenya berdiri pada
tahun1908. sarekat islam kemudian menyusul pada tahun 1911, munculnya sarekat
islam karena kaum intelektual Indonesia membutuhkan badan yang lebih luas, juga
untuk melindungi iman islam penduduk dan memajukan kecerdasan bangsa Indonesia.
Tahun 1930-an merupakan dasawarsa meningkatnya aktivitas anti-kolonial Belanda,
kebanyakan pelajar melakukan perlawanan politis terhadap pemerintah Belanda.
Berdirinya PNI pimpinan Soekarno menjadi ancaman bagi Belanda, konsekuensinya adalah
dengan ditangkapnya Soekarno. Perlawanan pasca ditangkapnya Soekarno mulai
meredup, itu menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia masih menggantungkan harapan
pada seorang pimpinan karismatik, akibatnya ketika pimpinan mereka ditangkap
terhentilah perjuangan yang sudah mereka mulai.
Ketika pendudukan Jepang mulai berlangsung pada periode
1942-1945 keadaan menjadi berubah drastis. Bangsa Indonesia percaya bahwa
Jepang akan membawa Indonesia ke arah kemerdekaan. Dugaan itu meleset, kondisi
ekonomi Indonesia kian memburuk terutama selama akhir masa pemerintahan Jepang.
Pemerintah Jepang membebani rakyat dengan kewajiban menyediakan hasil bumi dan
tenaga kerja. Memang Jepang memberi bayaran, tetapi nilai mata uang yang mereka
terima sangat rendah dan cepat sekali merosot.
Sejak kedatangannya Jepang mendirikan berbagai organisasi
massa yang bersifat politis misalnya gerakan tiga A, Putera, PETA dan Sushintai
(barisan Pelopor). Makna penting dari eksistensi organisasi itu terletak pada
kokohnya akar organisasi tersebut dan memberi pengalaman kehidupan
berorganisasi kepada para anggotanya. Meskipun secara formal mereka berada di
bawah naungan pemerintah. Namun, eksistensi mereka pada hakikatnya bebas dari
hierarki pemerintah. Struktur sosial dan politik di Indonesia dalam kaitan ini
telah diperkokoh.
14
Aguatus 1945 mendadak Jepang menyerah, terjadi kekosongan pada pemerintahan di
Indonesia. Inisiatif dilemparkan kepada Indonesia. Banyak unsur yang melatar
belakangi sebuah revolusi : sejarah ketidakpuasan sejak masa kekuasaan kolonial,
sejarah pemberontakan, sejarah kebencian terhadap penjajah, sejarah kemunculan
kelompok massa, dan sejarah nasionalisme menuju kemerdekaan. Akankah semua
bercampur menjadi satu sehingga timbul ledakan revolusi ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar